Jumat, 21 November 2014

Life's Journey

Terjebak rutinitas mengurus suami, anak-anak, kerumahtanggaan, bisnis membawaku meringankan kaki ke sebuah tempat.
Butuh 10-15 menit untuk sampai ke sebuah rumah berukuran 6 x 11 meter. Dengan teras berisi rak sepatu, bangku panjang dan sebuah etalase berukuran 1 x 3 meter.
Di teras ini seringkali cerita mengalir begitu saja setelah bertukar sapa. Buat orang lain, seorang bocah berusia 5 tahun bisa ke kamar mandi sendiri untuk buang air kecil atau besar adalah hal lumrah.
Bagi orang tua yang memiliki anak autis merupakan anugerah luar biasa. Sebuah interaksi kecil, beradu mata saat kita menyapa adalah keajaiban. Sedangkan kita yang diberi keleluasaan sehat lebih sering mengalihkan pandang ke gadget saat berbicara.
Sehat dan waktu luang yang banyak seringkali melenakan kita. Sedangkan hidup terus berlalu. Tahun demi tahun kita lalui dengan kesiasiaan ?
Hidup adalah sebuah perjalanan. Seperti berjalan di gurun pasir tanpa tahu kapan menemukan oase. Kita tak pernah tahu batas hidup kita karena itulah hak prerogatif Allah SWT.
Menikmati hari demi hari di Kelompok Belajar Anak Berkebutuhan Khusus Amanda Karawang;  menyapa dan bercanda dengan anak-anak autis, ADHD, tuna rungu, gagal fokus merupakan satu keasyikan tersendiri. Bukan untuk pelarian karena justru di sini sekolah hidup yang sesungguhnya.
Penerimaan penuh bahwa hidup memang harus dilakoni apapun keadaannya. Karena selalu ada harapan pada setiap hela nafas. Harapan berupa mimpi-mimpi untuk bisa mengoptimalkan yang ada pada diri atas karunia-NYA. Harapan agar mandiri dan berguna untuk dirinya sendiri karena tak selamanya orang-orang tersayang mendampingi sepanjang usia.
Kita tak akan pernah tahu bintang begitu cantiknya bila langit tak gelap. Hidup adalah perjalanan yang menyenangkan saat kita tahu dan turut merasakan jalan terjal dan berlubang yang dilalui oleh orang lain. Karena kita lebih suka mengeluh dan menyalahkan keadaan saat tak sesuai dengan harapan yang kita bangun.
Hidup adalah perjalanan, nikmati sebagai driver, pengendali arah kemanapun kita mau. Bukan hanya sebagai penumpang yang protes karena jalan berliku, kendaraan yang tak nyaman dan seterusnya.
Life is journey, rasakan dengan positif dan nikmati perjalanannya dengan lapang dada.

Jumat, 14 November 2014

Minta...Yakini...Terima

Bicara totalitas bicara tentang meminta meyakini lalu menerima.
Meminta ibarat nawaitu; niat. Dimulai dari diri sendiri. Ketika satu keinginan begitu kuat karena dorongan dari dalam untuk melakukan atau berbuat sesuatu.
Keinginan yang muncul dari dalam selalu diimbangi dengan keyakinan untuk mewujudkannya. Keyakinan selalu diimbangi banyak pemikiran. Keuntungan kerugian. Manfaat atau mudharat.
Saat meminta, pertimbangan subyektif lebih besar dibandingkan ketika keyakinan untuk mengikhtiarkan niat banyak yang dilibatkan terutama orang lain. Keinginan pribadi selalu diikhtiarkan dengan tidak merugikan orang lain.
Dalam keyakinan mewujudkan permintaan kita pihak-pihak luar pribadi sedikit banyak mempengaruhi keputusan yang kita ambil.
Ketika nawaitu terniatkan lalu diyakini dengan segala pertimbangan baik buruk, manfaat mudhorot. Kemanfaatan bagi banyak orang atau pihak-pihak luar. Lalu diikhtiarkan dengan segenap kemampuan pada akhirnya bermuara pada hasil.
Siapa sih, yang mau ikhtiarnya sia-sia ? Tak sesuai dengan harapan ? Rugi bandar dan seterusnya...
Pada akhirnya penerimaan lah muara dari semuanya.
Ketika minta lalu diyakini dengan ikhtiar dan sesuai harapan kita menerima dengan suka cita, bersyukur...
Lalu saat hasilnya tak diharapkan, seharusnya penerimaan juga tersyukuri. Karena kegagalan bukanlah akhir. Hanya kesuksesan yang tertunda. Sedemikian detail rencana kita pada akhirnya Allah SWT lah Sang Penentu. Baik menurut manusia belum tentu benar menurut Allah Yang Maha Mengetahui. Di sinilah kemanusiaan kita teruji.
Akankah kita menerima keberhasilan dengan penuh syukur ? Atau menerima kegagalan dengan kesabaran ?
Semua butuh kesadaran dan kelapangan jiwa.
Kedewasaan dan waktulah yang akan memberi pelajaran makna totalitas. Karena bagi aku totalitas ya meminta...meyakini...lalu menerima hasilnya. Karena pada akhirnya Allah Yang Maha Tahu sudah menskenariokan permintaan kita dengan melihat keyakinan kita. Do'a kita pada Allah hanya 3; diterima, ditolak, tunggulah sampai pada waktu yang tepat.
Ini totalitas menurutku, menurutmu ?

Rabu, 12 November 2014

Maafkan

Hari ini di-PM seorang kawan lama. Doi kerja sambil dengerin lagunya Atiek Cb yg judulnya Maafkan.
Katanya dia teringat aku hhhmm...coba knapa ??
Pokoke ingat aku wis titik. Jadi ngaca deh, emang siihh...dulu jaman muda (eehhmmm...duuluuuu....alto mode on) banyak yang bilang aku mirip Atiek CB. Aku sendiri gak yakin mirip...wong pede jaya maju terus happy jadi diri sendiri.
Eeehh...kok, jadi ngomongin diri ???
Inbox-an sahabat lamaku ini jadi 'gong' suatu obrolan dengan kawan lain tentang luka masa lalu.
Aku dan banyak orang pernah juga sering terluka perasaannya karena banyak hal dan seringkali oleh orang-orang terdekat kita. Tetapi menyimpan rasa terluka ini bertahun-tahun ?
Aku tak pernah tahu dan tak pengen tahu seberapa besar kadar rasa terluka hati seseorang. Y iyalaaahh...secara getoo yang bisa mengobati luka sakit hati y individu yang bersangkutan. Lagian siapa gue ?
Simpati dan empati buat teman-teman yang masih hobby menyimpan rasa terluka. Karena banyak hal seseorang tak mudah menerima maaf. Menerima maaf aja susah apalagi meminta maaf y ???
Aku pernah terluka dan sakitnya tuh di sini (harus tunjuk dada atau rongga perut ?). Letak hati ada di rongga perut seringkali orang menunjuk dada sebagai ungkapan sakit hatinya. Dalam dada adanya jantung, paru-paru...kepriben kiye ?
Siapapun yang masih menyimpan rasa sakit hatinya semoga segera move on untuk memaafkan. Sulit karena dirasa susah. Dipermudah nanti penjara kosong dong; begitu kurang lebih nukilan sebuah dialog sinetron...halahdotcom.
Maafkan, enteng nulisnya susyaaahh realisasikan. Kita hormati sajalah y yang masih belom move on karena rasa terlukanya. Termehek-mehek juga siy yang merasa salah minta maaf tapi gak diterima. Yo wess...cuma do'a semoga 'maafkan' jadi satu jalan mencairkan hubungan keluarga utamanya walau tak utuh seperti semula. Kalo bisa sih, tak elok mewariskan rasa terluka kita pada keturunan kita. Dendam ibarat duri dalam daging menggerogoti sel-sel sehat kebaikan dan memberatkan langkah untuk memahami kita hidup di dunia cuma mampir mengapa tak dinikmati dengan hati bersih biar happy di dunia akhir nanti....halahdotcom
"Maafkanlah daku...maafkan atas dustaku slama ini...tak berterusterang kepadamu...
Maafkanlah daku...lupakanlah kita pernah saling cinta...karna ntuk hidup bersamaku tak mungkin...kutelah berdua...dan kau masih punya banyak kesempatan..."

Senin, 10 November 2014

Menunggu

Iyaaa...saya ibu rumah tangga. Kerjanya gak jauh dari sumur dapur dan kasur.
Iyaaa...saya perempuan pekerja rumah yang banyak waktu luang setelah mengurus semua.
Dan iyaaaa...semua acara dan iklan tivi setengah hafal sebagai pelarian.
Tapi tidaaakkk...saat butuh belajar dan ilmu agar mampu mewarnai hidup harus menunggu dan menunggu.
Apalagi atas janji yang bukan kuampu setiap waktu dan berlalu tanpa menggerutu.
Ini tentang janji...tentang toleransi...tentang kesabaran hati...juga uji nyali seberapa besar aku menghargai orang lain.
Dan iyaaa...saya ibu rumah tangga yang harus membagi waktu untuk keluarga, usaha dan sekolah.
Dan tidaaaakkk...ketika memaknai toleransi diambang batas kesabaran membuatku hilang akal.
Menunggu atas janji yang bukan kuampu sungguh....membuatku terpuruk pilu...
Menunggu tidak membuat waktuku berlalu hanya malu bila itu janji yang kuampu.
Menunggu itu menyebalkan ketika janji tak lagi dianggap sebagai hutang yang akan diperhitungkan kelak.

Sabtu, 08 November 2014

Hujan





Hari ini menikmati gemuruh geledek dan sapaan hujan sebentar saja tapi cukup menyejukkan kotaku yang panas.

Dan paling menyenangkan bertemu orang-orang yang entahlah...tiba-tiba terjadwal bertemu dari rangkaian hari-hari yang sebelumnya agak penuh dengan kegalauan untuk memulai titik start saking banyaknya pilihan garis mulai.
Aku suka hujan dengan bau tanahnya yang meruar. Dan situasi yang mengalun merdu karena aku bisa duduk sendirian di tengah keramaian sebuah pusat perbelanjaan dengan secangkir kopi hangat pengusir kantuk. Segulung benang dengan hakpennya dan beberapa catatan project yang sedang aku lukiskan dengan segenap rasa positif.
Ini bukan tentang aku, bukan tentang projectnya dan bukan pula siapa yang terlibat. Perenungan bahwa Allah memang sudah meng-skenario-kan pasti. Sungguh aku masih belum percaya kalau God wink menyertaiku beberapa hari sebelumnya. Dan aku telat memahaminya.
Sesungguhnya aku men-sketsa semua sesuai rel kemanusiaanku dengan meminimalisir keraguan karena project 'gila' ini. Aku eeehh kami sudah minta....sedang dan selalu meyakinkan diri bahwa ini akan berjalan sesuai 'sketsa' jiwa kami. Dan menerima setelah semua ikhtiar sudah dijalani.
Hujan...basah sedikit menghapus kerontangnya kemarau aku anggap sebagai siraman penyejuk kegalauan dan ke-lebay-an yang seringkali mampir seperti seorang bocah yang suka cita menerima permen tanpa tahu resiko sakit gigi, batuk dstnya. Tentu diminimalisir dengan makan secukupnya tho ? Itulah gunanya fokus :D
Hujan...semoga membawa berkah dan semangat untuk yakin ini pasti berjalan sesuai sketsa jiwa kami.

Selasa, 04 November 2014

Mau Manis Atau Sinis, Tetaplah Menulis

Kita diberi 2 mata untuk lebih banyak melihat, diberi 2 telinga untuk lebih banyak mendengar dan diberi hanya sebuah mulut agar tak banyak bicara. Apalagi dalam mulut terdapat gigi yang sakit bila tergigit pun lidah yang tak bertulang makanya luwes mengubah perkataan.
Mengapa kita diberi dua tangan agar lebih banyak bekerja, bekerja daaaann bekerja. Eaaallaaahhh...kebawa semangat kabinet baru, jadinya.
Menulis; salah satu kegiatan yang dilakukan tangan dibantu oleh otak a.k.a akal untuk dirangkai menjadi deretan bermakna. Dengan sentuhan hati diharapkan yang tersirat dapat terwakili.
Menulis sekarang tak melulu menggunakan kaaaertas dan ballpoint. Seiring jaman menulis melalui media digital. Rasa-rasanya mengetik lebih tepat y walaupun ada digital pen persepsi kita tetaplah menulis menggunakan media kertas dan pena. Salah satu media wadah menulis yaaaa BLOG lah y....
Kalo jaman muda dulu (eeehhmmm...sekarang juga masih muda -perasaan- siihh) mau curhat pake buku harian yang dikunci dan hanya kita yang tau isinya. Adanya blog, mau curcol kek, sharing kabar bahagia plus foto bisa sekali klik. Gak pake acara kliping-kliping an :D
Era tehnologi informatika mempermudah kita menulis gak pake hilang keselip draftnya, langsung bisa dibagi dengan banyak orang (yang berminat baca tulisan kita :P) dan meninggalkan jejak yang mudah ditemukan.
Begitulah menulis....bukan lagi di buku harian bergembok cukup klik klik dan klik....sayangnya waktu untuk menulislah yang sangat kurang apalagi penulis amatiran yang semangaatt siihhh untuk menulis di blog dan wooollleeesss karena tangan cuma punya sepasang :P :D
Selamat Hari nge-Blog...lebih baik telat daripada samsek lupa klo ada PR tentang Hari Blogging. Menulis untuk mengisi hari, mau manis atau sinis tetaplah menulis....