Kamis, 27 Agustus 2015

MENCONTEK SPIRITUALITAS GOOGLE

Rio Beni Arya

Jadi…kenapa sebenarnya Google tidak membuat sebuah teknologi PC (Personnal Computer) atau membuat sebuah Operating System untuk sebuah PC atau Laptop? Saya bertanya tentang itu kepada seorang rekan saya yang kebetulan dulu pernah bekerja di Nokia. Saat dia masih di negara asalnya, China.

Mengetahui fakta bahwa rekan saya ini dulunya pernah bekerja di NOKIA, pembicaraan kami sepanjang jalanan dari Balikpapan menuju Kutai Kartanegara pagi itu diwarnai dengan diskusi ngalor ngidul, dimulai dari kenapa NOKIA tidak memasang Android pada Operating Systemnya, kenapa malah Windows Mobile? Lalu cerita tentang kebangkrutan NOKIA, lalu menyambar pada cerita tentang raksasa teknologi Google.

Banyak hal menarik yang dia ceritakan mengenai Google, tetapi satu hal mengenai pertanyaan saya di atas tadilah yang kemudian menjadi tema menarik kami sepanjang perjalanan.

Kenapa Google tidak membuat Operating System sendiri untuk sebuah PC atau LAPTOP, atau kenapa malah Google tidak merambah bisnis PC?

Lalu rekan saya ini menjelaskan dalam bahasa inggris yang pekat dengan logat China-nya. Ini saya baru tahu sekarang. Menurut dia, ada dua pendekatan besar dalam dunia teknologi komputer.

Pendekatan pertama, adalah golongan yang percaya bahwa trend di masa depan adalah personnal computer. Maksudnya, di masa depan, sebuah komputer haruslah menjadi semakin canggih, semakin complicated, dan mempunyai resource atau kemampuan perangkat yang semakin hebat. Apa sebab, sebabnya adalah sebuah aplikasi akan semakin canggih dan untuk menjalankannya butuh resource dan kemampuan dahsyat. Pada golongan inilah berada IBM dan kawan-kawannya.

Pada sisi yang berseberangan, adalah ORACLE. Yang berpendapat bahwa bukan sebuah PC yang harus menjadi semakin kompleks, melainkan sebuah server. Server, haruslah sangat digdaya, sedangkan sebuah PC atau LAPTOP hanya menjadi corong input dan display dari data yang diolah server. Tetapi, sebuah PC itu bisa tersambung ke server.

Tak ingin berpanjang lebar menceritakan tentang teknologi yang saya sendiri tak paham benar, tetapi ide itulah yang ternyata kemudian dipakai oleh Google.

Google tak membuat PC, juga tak terlalu getol membuat operating system, karena Google percaya, bahwa trend masa mendatang adalah CLOUD COMPUTING, dimana orang-orang akan semakin tergantung kepada server.

Sederhananya, seseorang hanya butuh komputer atau perangkat dengan kemampuan kelas medium, asalkan bisa input data, dan bisa display, dan ini yang paling penting “Terhubung dengan internet”.

Maka kita cobalah lihat semua produk Google. Ada Google maps. Google satelite. Google sky. Street view. Dan segala macam produk Google lainnya kesemuanya bisa dijalankan pada komputer kelas menengah, atau rendah, asalkan punya network yang kencang. Dan Google membuat browser hebat untuk menjadi corong display dan inputnya, yaitu Chrome.

Coba kita bayangkan, seandainya, semua kemampuan google maps, semua bank data Google maps, semua kecanggihan grafik Google maps itu harus disimpan pada sebuah PC, kita butuh PC seberapa dahsyat? PC kelas rendah sampai menengah tak akan sanggup menjalankan aplikasi itu. Tetapi, karena segala perhitungan dan algoritma google maps dijalankan oleh server, dan PC hanya menjadi display saja lewat browser, maka aplikasi yang sejatinya begitu kompleks itu terasa sangat ringan. Bahkan handphone bisa membukanya. Sekali lagi, hanya jika kita punya koneksi internet yang cepat dan stabil.

Wah, ini hal yang sangat menarik dan membuka mata saya. Saya mengucapkan terimakasih kepada rekan saya itu. Lalu tiba-tiba saya terfikir tentang sesuatu.

“You know what,” Saya sampaikan padanya, bahwa saya teringat tentang sebuah wejangan yang hampir analog dengan cerita dia barusan.

Sepertinya, saya tahu bagaimana mengaplikasikan strategi Google dalam kehidupan sehari-hari.

Rekan saya itu tertarik dan bertanya, bagaimana caranya?

Saya katakan padanya. Kita ini, setiap hari berhadapan dengan berbagai macam masalah dan perhitungan yang sangat kompleks. Masalah pekerjaan. Masalah rumah tangga. Masalah ekonomi. Dan segala macam masalah.
Dan pendekatan kita dalam mengatasi masalah itu selama ini adalah seperti golongan IBM yang merasa harus mengatasi segala masalahnya sendiri.

Akibatnya, kita harus memiliki PC yang demikian kompleks. Kita membebani diri kita sendiri. Sedangkan, hampir kita bisa katakan bahwa mungkin lebih dari sembilan puluh sembilan persen kejadian di dalam hidup ini tak bisa kita kontrol sama sekali, dan setiap kejadian akan berkelindan dengan kejadian lainnya yang saling mempengaruhi dalam hidup ini.

Jika kita ingin menghadapi semua masalah dengan perhitungan kita sendiri, maka kita bisa gila dan depresi. Apa pasal? Perhitungannya luar biasa kompleks.

Maka sebaiknya, kita tiru google. Sebenarnya kita hanya perlu kemampuan input data, dan kemampuan untuk display saja. Selebihnya, biarkan kalkulasinya dijalankan oleh server. Yang Maha Kuasa. Maka hidup kita akan menjadi lebih ringan.

Saya jadi teringat kembali dengan salah satu kutipan bijak dari aforisma Al-Hikam. “istirahatkan dirimu dari tadbir” kata Sang Bijak Ibnu Athoillah.

Apa itu tadbir? Tadbir adalah memastikan hasil usaha. Menghitung-hitung seandainya saya melakukan aksi begini, maka hasilnya PASTI begini.

Just do your part. Input datanya. Dan selebihnya biarkan Sang Maha Server –meski kita tahu tak ada umpama bisa menjelaskannya– yang mengaturnya.

Satu hal saja yang harus kita benar-benar jaga, yaitu “network”, koneksi yang sangat kencang dan stabil pada Sang Maha Server...

Selasa, 18 Agustus 2015

KETIKA AKU MEMBACA CHATTING MEDSOS

Dalam satu kesempatan, saya menulis status di sebuah media sosial;

Be who you are. Write your feel because those who mind don't matter and those who matter don't mind...

Komentar kawan2 saya mirip; maksude opo ???

Status itu saya tujukan untuk seorang kawan yang hobby bercerita dan menuangkannya dalam tulisan. Seringkali kita terlalu banyak 'mikir' untuk posting. Banyak ketakutan yang belum tentu terjadi saat kita posting dan share baik ke medsos, blog dkk. Laahhh...nulis y nulis aja, mau dibaca atau tidak...mau dikomen atau ndak...mau suka, taksuka y terserah saja...namanya juga tulisan. Curahan rasa, pikiran, pengalaman dst nya yang saking penuhnya, tumpah ruah berupa tulisan.

Namun saat tulisan kita bikin sakit gigi orang lain gimana ? Yaaahh...idealnya sih, telusuri dulu latar belakang tulisan tsb. Emang buat nyindir ? Tertuju ke personal tertentu ? Apalah...apalah...(kecuali kawan menulis saya pasti nyengir...). Klo dirasa tertuju ke kita, telpon kek, wa nek...konfirmasi heula...beneran gak sih, tulisan tsb utk kita atau kita yang GR mode on ? Balaslah dengan tulisan lagi, hihihi...ada sahabat pena artinya ada musuh pena juga ??? Hhaaaiiisshh...ngarang dot com.

Saya semakin yakin, mengapa Alloh SWT menurunkan ayatnya pertama kali dengan "Iqra"... Bacalah...Iqra bismirabbikal...bacalah dengan nama Tuhan mu. Tak hanya mata yang diajak mengenal huruf, fikiran untuk mengingat dan hati untuk menelaah isi bacaan.

Lalu...ketika saya membaca sebuah chatting an halah....obrolan sebuah grup eks teman2 sekolah yang mencapai 500-an thread (saat kita tak sempat buka sehari) berisi cerita masa lalu, personal dan ditanggapi aneka komentar baik nyambung atau tidak, saya terhenyak...

Siapa kamu bisa dilihat dari teman-temanmu...

Mungkin maksudnya sekedar guyon, untuk mencairkan suasana, apalagi jarak terbentang dan pertemuan jarang terjadi mengingat waktu dan kesibukan yang berbeda. Namun ketika cerita masa lalu diobrolin, untuk bullying (lebay kali yah...), dikomentari dg lucu atau tak lucu dg segala persepsi...rasanya kok, entahlah....

Kita tak pernah tahu persis kejadian masa lalu orang lain, apalagi tak tahu persis kekiniannya setelah terikat pernikahan, berkeluarga, punya anak, status sosial dstnya. Lalu cerita masa lalu yg personal diumbar entah dengan maksud apalah...apalah...
Kita tak pernah tahu perjuangan kawan yang jd tokoh cerita dalam memperjuangkan hidupnya, membangun pernikahan & keluarganya dan seterusnya.

Aaiihh...itu cuma cerita noatalgia, buuu...segitunya dirasain ?
Cerita pertemanan atau kenakalan berjamaah masa lalu masih bisa ditolerir, namun cerita pribadi ttg hubungan cinta monyet yang gagal terkadang tak asyik untuk dibaca. Pribadi kekanak2an terperangkap tubuh dewasa, kesan yang singgah dalam benak saya.

Yaahh...saya terlalu naif memahami sebuah obrolan grup medsos sebagai hal yang sensitif & penting. Sesungguhnya yang melenakan saya memang kesehatan dan waktu luang.
Lupa saat sehat di badan ada orang2 terdekat yang telah memenuhi hidup kita sekarang. Banyak waktu luang yang terlewat untuk orang2 terkasih, yg selalu ada untuk kita kapanpun dengan membaca sekian ratus thread dan gadget tak lepas sampai dini hari demi....

Aahh...sudahlah...hidup untuk memilih. Tak suka gak usah dibaca atau keluar sajah dr grup, gampang tho ?
Semoga hari2 saya lebih bermakna dengan bacaan yang lebih punya arti mumpung saya diberi kesehatan mata dan waktu luang saat kesendirian ditinggal aktifitas kepala rumah tangga & anak2.