Sabtu, 23 Mei 2015

TENTANG KITA

"Plis y, mbaaakkk...jangan pinta aku bersabar. Jangan suruh aku diam !!!"
Sambutan bernada kesal menyambutku di teras. Aku terpana hanya mengacungkan sebungkus bubur kacang hijau padanya. Lalu aku masuk menuju pantry dan membawa dua buah mangkuk.
Suara penolakan kuabaikan saat bubur kacang hijau kutuang dalam wadah lalu kubagi dengannya.
"Enyak, mari kita makan mumpung masih hangat" ajakku.
Baru satu suap bubur yang masuk mulutku serentetan cerita berhamburan memenuhi teras. Aku tersenyum dan sekali-kali menimpali.
Bubur di mangkukku tandas. Rupanya mangkuk di depannya lebih dahulu kosong. Terngiang nada menolak "aku udah sarapan". Aku hanya bisa tersenyum lebar.
Baiklah kawan. Aku takkan menyuruhmu diam. Tak pinta kau untuk bersabar.
Buatku, kamu telah dewasa. Lebih tahu mana yang baik buatmu. Lebih mengerti kemana jalan yang harus kautempuh.
Aku sepakat, terkadang masalah harus dihadapi dengan teriak. Supaya tercapai pemahaman banyak pihak. Diam memang selemah-lemahnya iman. Tapi diam BUKAN penyelesaian masalah. Lebih tepat menunda sampai kita bisa berpikir jernih dan orang lain lebih mengerti mengapa kita bersedih.
Kebiasaan sosial kita memang basa basi. Sebagai bentuk simpati atau pencair komunikasi. Setidaknya saat kau "teriak" karena kecewa aku cuma bisa mendengarkan. Sedikit menimpali untuk bantu memahami apa yang kaualami.
Sejujurnya yang tahu solusi pada akhirnya y dirimu sendiri. Bukankah hidup itu pilihan ? Menerima lalu diam saja atau menerima dengan cara pandang berbeda.
Sejatinya hidup itu y memberi dan menerima. Tak bisa memberi y menerima. Tak biasa menerima y memberi.
Masalah jangan dihindari justru harus dicari solusi. Bagaimana dapat solusi ketika amarah merajai. Begitulah makna diam dan bersabar yang bagi kita bisa basa basi...bisa jadi solusi walau sedetik.
Aaahhh...bubur kacang hijau yang enak disantap saat cerita berhamburan di teras kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar